Kamis, 16 Desember 2010

Cerita Gunung





Seorang anak dan ayahnya sedang berjalan diatas gunung. Tiba tiba, anaknya terjatuh, Dia terluka dan berteriak : "AAAhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!." Tetapi Ia sangat kaget mendengar ada suara pantulan dari gunung sebelah."AAhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!."

Dengan penuh rasa penasaran, diapun kembali berteriak : "Siapa kamu?" Diapun menerima kembali jawaban yang sama : Siapa kamu?" dan kemudian dia berteriak ke gunung itu: "Saya mengagumimu!" dan suara itupun kembali : "Saya mengagumimu!."

Dengan muka marah pada jawaban itu, dia berteriak : "Penakut" Dia masih menerima jawaban yang sama, "Penakut!."

Dia menatap ayahnya dan bertanya : "Apa yang sedang terjadi?" Ayahnya sembari tersenyum dan berkata : "Sayang, perhatikan." Kembali ayah akan berteriak : "Kamu Juara." Diapun menerima jawaban yang sama : "Kamu Juara."

Anak ini kembali kaget dan tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi, kemudian Ayahnya menjelaskan bahwa itulah yang disebut dengan ECHO (Gema suara), tetapi itulah sesungguhnya hidup.

Segalanya akan kembali kepada kita, apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan. Hidup kita secara sederhana adalah gambaran dari kelakuan yang kita perbuat.

Jika kamu ingin lebih banyak cinta dalam dunia,
maka ciptakanlah Cinta dalam Hatimu.
Jika Kamu ingin lebih berkemanpuan dalam timmu,
maka tingkatkanlah kemampuanmu
"Hidup akan memberikan kembali kepadamu, apa yang telah kamu berikan kepadanya. Dalam segala hal."



Takeshi dan Danau Kejujuran

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang penebang kayu yang sangat miskin. Ia mempunyai istri dan seorang anak. Mereka hidup di sebuah desa terpencil di Jepang. Si penebang kayu bernama Takeshi, istrinya bernama Ayumi, sedangkan anaknya bernama Toro. Takeshi selalu pergi ke hutan untuk menebang kayu. Kayu itu nanti akan dijual ke pasar sebagai kayu bakar. Setiap harinya Takeshi pergi ke hutan ditemani oleh kapak tua yang sudah bertahun-tahun bersamanya. Tanpa kapak tersebut, Takeshi tak akan bisa menebang kayu. Jadi, takeshi selalu merawatnya dengan baik. Pernah suatu hari, Toro ingin sekali ikut bersama ayahnya, tapi di hutan terlalu berbahaya. Toro masih kecil dan belum boleh keluar rumah. Pagi menjelang, sekarang waktunya Takeshi pergi ke hutan untuk menebang kayu. Ia pun pamit kepada istri dan anaknya. Entah kenapa, perjalanan hari ini sangat melelahkan dan terasa sangat jauh, tapi itu tidak mengurungkan niatnya untuk ke hutan.

Sampailah Takeshi di hutan. Ia mulai memilih pohon mana yang akan ditebang, karena tidak semua pohon bisa dijadikan kayu bakar. Biasanya Takeshi hanya mengambil pohon yang sudah roboh. Selain mudah mengambilnya, kayunya pun sudah kering, jadi nggak perlu repot lagi untuk menjemurnya. Anehnya, tak ada satu pun pohon yang roboh. Setelah memilih-milih, akhirnya ia menemukan pohon yang pas sebagai kayu bakar. Pohon tersebut berada di dekat sebuah danau mungil yang indah sekali. Airnya sangat jernih. Tapi, Takeshi bingung, karena baru kali ini ia melihat danau mungil ini. Namun, ia tak mempedulikannya, Takeshi mulai menebang kayu dengan kapak yang sudah setia dengannya.. Sewaktu Takeshi mengayunkan kapaknya, tiba-tiba saja kapak tersebut lepas dari tangannya dan jatuh ke danau mungil tersebut. Ia sangat kaget dan bingung bagaimana cara mengambil kapaknya. Walaupun danau itu mungil, tapi airnya sangat dingin dan sangat dalam.

Takeshi tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah dan berdoa semoga ada suatu keajaiban. Tiba-tiba saja air di tengah danau bergetar. Perlahan demi perlahan keluarlah seorang Putri yang sangat cantik, berambut panjang, bekulit putih seperti bidadari. Putri cantik tersebut membawa dua buah kapak. Kapak sebelah kanannya terbuat dari emas, sedangkan sebelah kiri terbuat dari perak. Takeshi sangat kaget dan takut.

“Apakah kau yang menjatuhkan sebuah kapak ke danauku?” Tanya Putri.

“Benar, tak sengaja kapak saya terjatuh dan masuk ke danau,” jawabnya dengan gugup.

“Kapak mana yang kau jatuhkan? Yan ini atau yang ini?” sang putrid memperlihatkan dua buah kapak tersebut.

“Tidak dua-duanya, Putri. Kapak saya hanyalah terbuat dari besi tua, bukan dari emas atupun perak,” jawab Takeshi dengan jujur.

Sang putrid tersenyum. “Karena kau sudah jujur, maka kapak emas dan perak ini akan kuberikan kepadamu sebagai hadiah, karena kau sudah jujur,” kata sang Putri dengan tersenyum dan memberikan kapak tersebut.

Takeshi sangat kaget, ia tak menyangka akan mendapatkan hadiah sebesar ini berkat kejujurannya. Takeshi berterima kasih kepada sang Putri. Putri tersenyum hanya mengangguk, lalu kembali ke dasar danau dan menghilang.

Takeshi pulang dengan hati yang sangat gembira. Sampainya di rumah, Takeshi langsung menceritakan hal ini kepada istri dan anaknya. Mereka sangat gembira dan langsung menjual kapak emas tersebut. Mereka pun menjadi kaya raya. Takeshi tak perlu lagi menebang kayu untuk menghidupi keluarganya. Kapak emas tersebut bisa menghidupi mereka sampai tujuh turunan, belum lagi kapak peraknya. Hal ini terdengar oleh tetangga mereka yang bernama Itachi. Itachi sangat iri, ia juag ingin kaya raya sepeti Takeshi. Esoknya, Itachi pergi ke hutan dimana Takeshi mendapatkan kapak emas tersebut. Tak lupa, Itachi juga membawa sebuah kapak besi tua untuk dijatuhkan ke danau. Kapak yang dibawa Itachi lebih besar dari kapak Takeshi, karena ia ingin mendapatkan emas yang lebih besar. Perjalanan dimulai, Itachi merasa lelah dan capek sekali, ia pun beristirahat dan mengisi perutnya. Dua jam sudah Itachi berjala, akhirnya ia menemukan hutan dimana Takeshi menemukan danau ajaib tersbeut. Dengan tampangnya yang serakah, Itachi masuk ke dalam hutan dan menemukan danau yang ia cari. Setelah berdiri di depan danau, Itachi langsung menjatuhkan kapaknya ke dalam danau.

Tak lama keluarlah sang Putri dari dalam danau dengan membawa dua buah kapak. Kapak emas dan kapak perak. Putri tersenyum kepada Itachi.

“Apakah kau yang menjatuhkan kapak ke danauku?” Tanya sang Putri.

“Iya, Putri. Tadi kapak saya terjatuh,” jawab Itachi.

Apakah kau menjatuhkan kapak yang ini atau yang ini?” kata sang Putri sambil memperlihatkan kedua kapak tersebut.

“Benar, Putri. Kapak emas tersebut adalah milik saya,” jawab Itachi berbohong .

Sang Putri yang tadinya tersenyum berubah menjadi kemurkaan. Putri sangat marah. “Kau berbohong, kapak itu bukanlah milikmu. Kapakmu hanya terbuat dari besi tua. Kau berbohong,” bentak sang Putri, marah.

Itashi sangat kaget dan ketakutan langsung menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia tak tahu kalau Takeshi mendapatkan kapak emas tersebut, karena ia jujur.

“Ampun Putri, ampun,” kata Itachi sambil berbohong kepada Putri.

“Kau sudah berbohong, aku hanya ingin menguji kejujuranmu. Kejujuranmu sudah dikalahkan dengan keserakahan. Kau harus diberi hukuman agak jera. Kau harus ikut denganku ke dalam danau dan menjadi pembantuku seumur hidup,” kata sang Putri murka.

Itachi sangat ketakutan. Dia tak mau pergi dari desa dan meningglakan anak dan istrinya. Lagipula Itachi tak akan sanggup hidup di dalam air, ia akan mati kehabisan udara.

“Ampun Putri. Saya berjanji tidak akan berbohong lagi, saya akan selalu jujur. Tapi, jangan masukkan saya ke dalam danau, sya bisa mati Putri,” jawab Itachi gugup.

“Apa janjimu itu bisa aku pegang? Kalau kau berbohong lagi, aku akan datang dan akan membenamkanmu ke dalam danauku,” gertak sang Putri.

Itachi pun mengangguk ketakutan. Sang Putri masuk kembali ke dalam danau. Tiba-tiba saja danau tersebut menghilang, yang terlihat hanyalah hutan belantara. Itachi sangat takut dan langsung berlari pulang. Setahun kemudian, Itachi menjadi kaya raya. Ini karena ia selalu jujur dalam hal apapu, termasuk berdagang. Takeshi dan Itachi hidup rukun antar tetangga. Tak ada kebohongan dan mereka selalu jujur satu sama lain. Kejujuran sangat diperlukan dalam hidup ini, karena jujur adalah kunci kesuksesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar